25 November 2008

Mahabarata

Saat ini saya lagi senang baca buku bertema sejarah dan budaya. Buku yang sekarang menyita perhatian saya adalah buku yang berjudul Mahabarata, yang mengisahkan Pandawa lima (Yudistira, Bima,Arjuna, Nakula, Sadewa) dan Kurawa (100 bersaudara). Sebenarnya saya lebih dahulu melihat cerita wayang orang-nya, lalu setelah mengobrak-abrik lemari eyang saya, akhirnya didapat juga buku terbitan tahun 1954 yang masih baik kondisinya. Karena buku lama, otomatis bahasanya pun menggunakan ejaan lama yang terkadang susah dimengerti.

Cerita diawali oleh perjamuan disurga, dimana seorang raja yang dianggap berlaku tidak sopan di hukum untuk turun kebumi dan menjelma menjadi anak raja (kenapa ya, bumi selalu jadi “tempat hukuman”?) Di bumi, raja tersebut bernama Santanu. Dia mempunyai dua istri, Dewi Gangga dan Dewi Durgandini. Sementara, anak tiri Santanu dari istri keduanya, yang bernama Wyasa adalah kakek dari Pandawa Lima dan Kurawa. Klimaks dari cerita ini adalah saat terjadinya Perang Bharatayuda. Yaitu perang besar antara Pandawa dan Kurawa, dimana semua pihak Kurawa gugur.

Secara plot, sebenarnya penuturan ceritanya agak membingungkan. Apalagi kalau kita tidak benar-benar menyimaknya. Sehingga untuk mengetahui keterkaitan antara Pandawa Lima dan Kurawa, saya sampai harus membuat pohon keluarga atau silsilah kedua pihak. Hehehehe.
Jangan harapkan kita akan menemukan cara bercerita yang khas novelis Indonesia atau asing, karena di buku ini kita hanya “diceritakan” tanpa ada gaya bahasa yang unik atau menarik. Si penulis benar-benar bercerita seperti cerita buku anak-anak umumnya.

Bagi yang terbiasa membaca novel modern atau chicklit, mungkin juga agak kaget melihat jalan cerita dan bahkan mencerna ceritanya, karena agak jauh dari keadaan saat ini dan agak diluar akal. Misalnya Dewi Drupadi yang berpoliandri dengan menikahi Pandawa Lima (konon dalam pewayangan, Dewi Drupadi diceritakan hanya menjadi istri Yudistira saja, hal ini karena dianggap kurang baik jika seorang wanita berpoliandri) atau banyaknya tokoh yang berpoligami sehingga silsilahnya amat membingungkan. Ada juga tentang kutukan Dewi Oruwasi kepada Arjuna yang membuat Arjuna sempat menjadi laki-laki yang keperempuan-perempuanan.

Buku ini penuh nilai filsafat ajaran Jawa kuno dan Hindu. Kata orang tua sih, cerita ini bukanlah kisah nyata. Melainkan hanya cerita kepahlawanan (epos) saja. Tapi, konon ada peribahasa india yang menyebutkan bahwa apa yang tidak terdapat di Mahabarata, tidak juga terdapat di Bharata (India).
Inti dari cerita ini sebenarnya adalah perang antara yang baik dan yang jahat. Tapi, secara keseluruhan buku ini penuh nilai kebaikan dan keteladanan. Misalnya bagaimana menekan amarah, hawa nafsu, ataupun menepati janji.

Agak membingungkan juga sih, apakah tokoh-tokoh di buku ini termasuk dewa atau manusia, karena semua tokoh mempunyai kesaktian yang luar biasa. Setiap menyumpah atau mengutuk, pasti langsung kejadian. hehehe

Anyway, buat yang pengen rehat sejenak dari cerita novel biasa, mungkin bisa mencari buku ini. Ceritanya buat saya sih, cukup menarik. Atau mungkin melihat pertunjukan wayang orang-nya. Sama-sama menarik kok.

23 November 2008

adeuh...adeuh....

aduh, gak bisa lupa
aduh, keingetan terus
aduh, susah banget ya lupanya?

aduh, 27 dolar itu jadi brapa rupiah ya?
aduh, mahal banget yak!!!